19 November 2017

Kisah Nyata Tiket Traveloka Mempertemukan Ibu-anak yang Terpisah 21 Tahun


Source: www.brainyquote.com
Orang yang tidak pernah traveling pikirannya sempit, miskin pengalaman dan cenderung kolot. Augustine mengibaratkannya seperti orang yang cuma membaca selembar halaman buku. Sial, kok saya kena sindir. Apa kamu juga? Segera rencanakan perjalananmu agar tidak mengalami kejadian konyol seperti saya. Tidak pernah traveling. Tidak tahu cara naik pesawat. Tidak tahu cara memesan tiket. Apa lagi penyebabnya kalau bukan kurang piknik.

Sore di tahun 2015 saya mau tidak mau harus terbang ke Jakarta dari Surabaya. Inilah pertama kali saya naik pesawat. Inilah pertama kali saya menginjakkan kaki di bandara. Waktu itu, saya diminta kakak untuk menjemput ibu ke Jakarta. Besok sore ibu akan tiba di bandara Soekarno-Hatta dari bandara King Abdul Aziz, Arab Saudi.

Mendengar kabar bahwa ibu pulang ke Indonesia saya seperti disengat listrik. Kaget sekaligus hampir tidak percaya. Bagaimana tidak. Hampir 21 tahun saya tidak pernah bertemu dengannya karena ditinggal menjadi pejuang devisa di Arab Saudi sejak saya kelas satu SD.

Dan besok dia pulang. Saya yang harus menjemputnya. Sendirian pula.

Tapi, hei, saya kan tidak pernah naik pesawat. Jujur, saya tidak tahu sama sekali bagaimana proses dan cara naik pesawat. Blank. Sama seperti bayi umur tiga tahun kalau ditanya rumus kalkulus dan ilmu statistika lanjutan. Pingsan dia. 

Bagi saya waktu itu naik pesawat hanya milik orang-orang berduit. Harus melalui serangkaian proses yang kompleks sebelum akhirnya duduk manis di dalam kabin.

Dalam kebingungan saya mencoba mencari tahu ke teman-teman bagaimana cara naik pesawat. Bertanya tempat pembelian tiket pesawat terdekat. Apa saja persyaratan yang diperlukan. Berapa harga tiketnya. Naik pesawat yang mana. 

Apa perlu foto diri juga? Mirip seperti mau mendaftar calon legislatif. Ribet. Apa yang saya peroleh? Saya malah ditertawakan karena kepolosan pertanyaan-pertanyaan itu. 

Tak ingin berlama-lama jadi bahan tertawaan saya punya cara sendiri bagaimana memesan tiket pesawat. Ya, Google menjadi pelarian kebingungan. 

Saya ketikkan kalimat 'tiket pesawat Surabaya Jakarta'. Ada begitu banyak yang saya temukan di tampilan pencarian. *Ssst, saya juga cari cara naik pesawat.

Setelah membaca sebentar saya terhenti di sebuah website pemesanan tiket. Oke, coba dulu yang ini. Siapa tahu dapat yang murah sesuai dana saya. 



Berbekal smartphone di tangan saya mengunduh aplikasinya, karena menurut informasinya ada keistimewaan yang bisa didapat kalau melalui aplikasi. Oya, namanya Traveloka.


Benar saja. Setelah mendaftar akun dan mengikuti perintahnya, fitur best price finder Traveloka membantu saya mendapat tiket promo murah dari berbagai maskapai penerbangan dengan jadwal penerbangan besok. “Boleh juga layanan agen tiket ini,” pikir saya waktu itu.

Tiket pesawat murah di Traveloka

Dari sekian banyak penawaran yang ditampilkan saya merasa mendapat kebebasan untuk memilih maskapai, menentukan jadwal terbang, dan mengambil harga termurah yang sesuai dana. Cocok, ambil. Tidak cocok, tinggalkan.

Alhamdulilah. Akhirnya, pemesanan tiket selesai. Murah lagi.  “Ah, ternyata semudah dan sebebas ini memesan tiket dan naik pesawat,” pikir saya waktu itu.

Eits, tunggu dulu!

Saya masih khawatir. Bagaimana setelah ini? Apa saya sudah valid sebagai penumpang pesawat ABCD? 

Apa tinggal nyelonong seperti naik angkot atau becak? Pesawatnya yang mana dan sebelah mana? 

Apa buktinya kalau saya bisa masuk dalam kabin? Kalau dicegat sama petugas gimana? Saya kan tidak pegang tiket. Apa mereka percaya kalau saya bilang, 

“Saya sudah beli lewat Traveloka dan sudah bayar juga lho, Pak.” Apa buktinya kalau saya ditanya, “Mana tiketnya?” 

Kalau nanti saya diturunkan di tengah jalan gimana? Hahaha.

Dasar memang kolot. Saya kan sudah dapat e-mail tentang tiket pesanan saya, seperti di bawah ini. Selain itu, juga dapat SMS konfirmasi. Ya SMS itu dong yang ditunjukkan ke pelayan tiket sebagai ganti tiket kertas. 

Email konfirmasi tiket Traveloka
Email e-tiket Traveloka
Oke, urusan tiket selesai dan besok tinggal datang ke bandara Juanda, Surabaya. Inilah pertama kali menjejakkan kaki di bandara. Serius.

Di bandara saya masih dilanda kebingungan lagi. Lewat mana masuknya? Pesawatnya sebelah mana?

Malu bertanya gak jalan-jalan. Tiba-tiba saya ingat kalimat itu. Petugas bagian informasi jadi sasaran pertanyaan.

“Mba, maaf mau tanya. Saya kan beli tiketnya pakai aplikasi HP namanya Traveloka. Katanya tinggal ngasi SMS ini. Ke mana saya menunjukkannya?” tanya saya. Culun.

Beruntung petugas itu baik sekali dan memberitahu sejelas-jelasnya apa saja yang harus saya lakukan. Saya berterus terang bahwa ini pertama kali saya naik pesawat. Putus urat malu saya waktu itu, daripada tidak bisa terbang. 

Hampir saja saya terlambat karena tidak tahu kalau harus check-in minimal satu jam sebelum jadwal terbang. Maklum, biasa naik bus dan naiknya sesuka hati. 

Woi, Bro! Yang ini “bus terbang”. Beda.

Singkat cerita, saya sudah berada dalam pesawat. Perjalanan sekitar satu jam lebih akan saya tempuh. Begitu bunyi pengumuman yang saya dengar dari awak pesawat. Pramugarinya ramah sekali. Bening-bening pula #apasih.

Di dalam pesawat wajah ibu sudah terbayang di kepala. Sosok tangguh yang sudah 21 tahun tidak bertemu. Sosok malaikat yang memperjuangkan saya seorang diri, karena Ayah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa satu tahun sebelum keberangkatan ibu ke Arab Saudi. Jadilah dia bagi saya satu-satunya wanita tertangguh di dunia. Satu-satunya sosok paling bernilai untuk saya. 

Selang satu jam perjalanan di udara akhirnya saya tiba di bandara Soekarno-Hatta. Saya tidak tahu harus ke mana, juga tidak tahu kalau ada yang namanya kedatangan internasional dan kedatangan domestik. Namanya juga baru pertama ke bandara. 

Tapi yang pasti saya akan mencari ibu di antara sekian banyak kerumunan orang. Bagaimana pun caranya. Tak sabar menemuinya. 

Tiba-tiba handphone saya berdering. Ibu is calling ...

“Halo, Bu. Ibu di mana? Saya sudah sampai bandara, Bu.”
“Ibu nggak tahu, Nak. Coba kamu tanya orang di mana kalau menemui penumpang dari King Abdul Aziz, Jeddah.” Aduh, klop deh! Sang ibu ternyata setali tiga uang dengan anaknya. Sama-sama buta soal bandara dan penerbangan.

Baiklah. Petugas bandara lagi-lagi jadi sasaran bertanya. Segera setelah diberitahu petugas saya mencari kedatangan internasional. 

Sekira sepeminuman teh lamanya, akhirnya ketemu. Dan Ibu di sana berdiri. Menunggu. Sosok teduh itu mematung di antara banyak orang. Terkesiap saya melihatnya.

“Ibuuu ...” Tanpa peduli siapa pun saya berteriak dan berlari menghambur ke arahnya. Memeluknya. Erat sekali. Ada sesuatu yang hangat di kelopak mata dan mendesak untuk tumpah. Tanpa aba-aba, saya pun menangis sejadi-jadinya. Meluapkan rasa rindu setelah 21 tahun. Lama sekali saya mendekapnya. Seolah tak ingin lagi melepaskannya. Saya lihat wajahnya, pegang kedua pipinya. Menciuminya sambil sesenggukan menahan tangis.

Laki-laki memang dianggap sebagai sosok maskulin yang kuat dan tangguh. Tapi emosi mereka pasti rontok bila dihadapkan pada sosok seorang wanita bernama ibu. Dan saya pun rontok di hadapannya. Cengeng di keramaian.

Setelah puas berpelukan dan mengobrol sebentar, kami putuskan untuk segera terbang hari itu juga menuju Surabaya. Di bandara Juanda keluarga saya yang lain menunggu dan siap menjemput. Pemesanan tiket saya yang urus karena sudah tahu cara naik “bus terbang”. Hehe

Kembali saya memanfaatkan Traveloka. Saya tidak lagi kesulitan melakukan proses naik “bus udara”. Tidak sampai lima menit beres. Tiket yang saya pesan hari itu memberikan dua pilihan jadwal penerbangan ke Surabaya. Sore atau malam. Dua-duanya promo harga murah dan sesuai dengan cadangan dana. 

Saya pilih penerbangan malam karena tidak mungkin pilih sore mengingat lokasi berangkatnya dari bandara Halim Perdana Kusuma. Sedangkan waktu itu sudah mendekati jam penerbangan sore. 

Sekira sepeminuman teh, kami sudah bersiap menuju bandara Halim Perdana Kusuma untuk terbang pada pukul 21.00. Tidak ada lagi kekonyolan. Tidak lagi takut tiket mahal. Terima kasih untuk kebebasan yang diberikan untuk kami.


Fitur tiket pesawat Traveloka


TRAVELING DAN GENERASI MILLENNIALS


Well, saya tidak ingin hanya mengoceh soal kisah pribadi seperti di atas. Lebih dari itu, ada fakta-fakta lain yang ingin saya tunjukkan. Yakni, soal kebiasaan traveling (traveling behavior) hubungannya dengan sebuah generasi yang dilahirkan pada tahun 80 hingga 90-an yang disebut generasi milenial.

Menurut riset Wyse Travel Confederation, mereka mewarnai aktivitas traveling sebanyak 23 persen dari total perjalanan internasional. 
“Pada tahun 2020 trip oleh anak-anak muda diprediksi akan tembus hingga 300 juta setiap tahun.” -- World Tourism Organization, PBB.
Sumber: Organisasi Pariwisata Dunia, PBB

Coba cek, dalam aktivitas traveling kamu termasuk yang manakah dalam infografis ini:


Gaya traveling anak muda




Ini yang akan kamu peroleh lewat investasi waktu dan biaya travelingmu

Traveling dan manfaat bagi mental



Nah, supaya liburanmu semakin bernilai, ada trik yang direkomendasikan Fajar Permana, penulis Budget Travel yang sudah malang melintang di dunia traveling dalam dan luar negeri.

1. Melakukan pencarian tiket jauh hari
Harga tiket itu selalu berubah-ubah bergantung ketersediaan dan permintaan penumpang. Untuk itu pesanlah setidaknya tujuh minggu sebelumnya atau rajinlah cek harga tiket setiap minggu.

2. Membeli tiket pulang-pergi (PP)
Bila memungkinkan, adakalanya membeli tiket langsung pulang pergi jauh lebih murah dari pada beli tiket satu kali jalan. Kalau bisa langsung PP kenapa harus sekali jalan, ya ngga?

3. Bergabung dengan Frequent Flyer Program 
Nah, ini kesempatan gratis yang wajib kamu manfaatkan. Banyak program kerjasama yang dilakukan maskapai dengan partnernya. Keuntungannya? Kamu bisa mendapat poin yang bisa ditukarkan dengan penerbangan atau fasilitas yang lebih murah.

4. Pertimbangkan waktu transit lebih lama
Waktu transit lebih lama biasanya harga tiketnya lebih murah. Pertimbangkan untuk memilih penerbangan yang transit lebih lama. Cek harga dan waktu transitnya.

5. Mendaftarkan email jadi subscriber
Seringkali, penawaran tiket promo eksklusif hanya diberitahukan bagi anggota yang sudah bergabung (subscribe) di email milik agen tiket atau maskapai. Kamu bisa memanfaatkan promo atau potongan harga yang ditawarkan lewat update-nya.

Sekarang, kamu siap terbang ke mana?

Tiket pesawat Traveloka

0 comments: