21 Desember 2014
Hutang Revolusi Mental Anies Baswedan (bag. 2)
Hutang Revolusi Mental Anies Baswedan (bag. 1)
Rambutnya keriting, perawakannya
tinggi besar, hidungnya mancung khas peranakan arab. Pembawaannya murah senyum.
Suatu hari, bocah ini merengek minta sekolah kepada ibunya karena sering melihat anak-anak yang berangkat sekolah yang melintas di depan rumahnya. Sang ibu bimbang. Anak itu belum cukup umur. Sebagai dosen ia tahu pentingnya pendidikan, namun ia tak ingin anaknya tercerabut dari dunia permainan. Ia mendiskusikannya dengan sang suami. Berkonsultasi ke psikolog juga dilakukan. Keputusannya, dia sekolah. “Tapi kalau mau saja. Kalau sedang tidak mau jangan dipaksa.” Kata si psikolog (hal. 10).
Kelak, anak kecil yang telah membuat
bimbang orang tuanya dan selalu dahaga akan pengetahuan ini membuat geger dunia
pendidikan di seantero nusantara. Kiprahnya membuat dunia pendidikan pompa
jantung. Ada yang tersenyum optimis. Ada yang sinis. Ada yang menghujat. Tak sedikit
yang mencibir. Banyak pula yang mengkritik. Anda tahu kenapa? Semua itu karena
dia menelurkan sebuah keputusan yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Sebuah
keputusan yang mengundang kontroversi, diskusi, polemik dan tarik ulur
pendapat, yakni keputusan soal penghentian (sementara) Kurikulum 2013. Siapa gerangan pria ini?
11 November 2014
8 Rahasia Media Sosial untuk Pembelajaran
8 Rahasia Media Sosial untuk Meningkatkan Pembelajaran Siswa
Anda tahu Facebook? Twitter? Dua media sosial inilah yang paling sering digunakan dan merupakan terbesar di antara sekian banyak media bersosialisasi saat ini. Di Indonesia dua media sosial ini paling digandrungi. Bahkan, menurut indonesiaterdidiktik.org, bersosialisasi lewat media sosial sudah dilakukan melalui ponsel cerdas (smartphone). BBC Indonesia menemukan durasi rata-rata masyarakat Indonesia menggunakannya sekitar 181 menit per hari. Wow! Bukankah ini merupakan peluang besar dalam memanfaatkannya untuk pendidikan?
Coba bayangkan, Anda seorang guru yang bisa mengantarkan siswa Anda sukses dalam pembelajaran. Anda disukai siswa-siswa Anda karena membantu mereka untuk memahami pelajaran melalui cara yang menurut mereka gaul dan sesuai dunia mereka. Mereka ingin selalu belajar dengan Anda dan memuji Anda dengan senyum kepuasan mereka. Apa yang Anda rasakan? Ada kepuasan tersendiri, bukan? Ada sedikit cerita berikut ini yang mungkin pernah Anda alami dengan siswa Anda.
Coba bayangkan, Anda seorang guru yang bisa mengantarkan siswa Anda sukses dalam pembelajaran. Anda disukai siswa-siswa Anda karena membantu mereka untuk memahami pelajaran melalui cara yang menurut mereka gaul dan sesuai dunia mereka. Mereka ingin selalu belajar dengan Anda dan memuji Anda dengan senyum kepuasan mereka. Apa yang Anda rasakan? Ada kepuasan tersendiri, bukan? Ada sedikit cerita berikut ini yang mungkin pernah Anda alami dengan siswa Anda.
21 September 2014
Di mana Sistem Pendidikan Terbaik Dunia? (2 - habis)
(lanjutan dari bag. 1)
Sampsa Vourio, seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia, menjelaskan bahwa sistem pendidikan di negaranya dijalankan sangat demokratis. Penekanan belajar fokus pada proses, bukan pada hasil belajar. Remedial tidak dianggap sebagai kegagalan, tapi untuk perbaikan; sedangkan pekerjaan rumah (PR) dan ujian tak harus dikerjakan dengan sempurna – yang penting murid menunjukkan adanya usaha. Ujian justru dipandang sebagai penghancur mental siswa. Tidak ada sistem peringkat (ranking) sehingga siswa merasa percaya diri dan nyaman terhadap dirinya. Sistem peringkat dipandang hanya membuat guru terfokus pada murid terbaik saja, bukan kepada seluruh murid.
Sampsa Vourio, seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia, menjelaskan bahwa sistem pendidikan di negaranya dijalankan sangat demokratis. Penekanan belajar fokus pada proses, bukan pada hasil belajar. Remedial tidak dianggap sebagai kegagalan, tapi untuk perbaikan; sedangkan pekerjaan rumah (PR) dan ujian tak harus dikerjakan dengan sempurna – yang penting murid menunjukkan adanya usaha. Ujian justru dipandang sebagai penghancur mental siswa. Tidak ada sistem peringkat (ranking) sehingga siswa merasa percaya diri dan nyaman terhadap dirinya. Sistem peringkat dipandang hanya membuat guru terfokus pada murid terbaik saja, bukan kepada seluruh murid.
Kesimpulannya, Finlandia telah
sukses menggabungkan kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi,
dan komitmen dengan keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.
*) Dikutip penuh dari buku best-seller Munif Chatib. Gurunya Manusia. Kaifa: Bandung. 2011. (hal. 26-27)
Siapa Munif Chatib?
Dia adalah
seorang konsultan pendidikan yang merintis gebrakan inovasi pendidikan
di Tanah Air yang kemudian kisah perjalanannya dia tuangkan ke dalam
tiga serial buku best-seller-nya: Sekolahnya Manusia, Gurunya
Manusia, dan Orang Tuanya Manusia. Semuanya diterbitkan oleh Kaifa,
Bandung. Berawal dari perkenalan dan interaksinya secara intens dengan
praktisi pembelajaran berbasis multiple intelligences asal
Amerika Serikat Bobbi DePorter, dia mulai memperkenalkan ke seantero
nusantara apa yang diusung oleh filosofi pendidikan sebagai ‘proses
memanusiakan manusia’. Pendidikan bukanlah mekanisme robotik yang kaku
dan selalu terotomasi. Selalu ada dinamika di dalamnya. Begitu kira-kira
yang diinginkan Munif. Bak gayung bersambut, antusiasme para stake-holder
pendidikan pun luar biasa, meskipun yang sinis pun tidak sedikit. Dari
pulau Jawa hingga ke Aceh dan Papua dia bersafari ‘menjajakan’ ide
pembaharuannya dalam dunia pendidikan Indonesia. “Munif Chatib adalah
seorang yang sangat commited dengan pengembangan pendidikan,” tulis Rektor Universitas Paramadina Jakarta Anies Baswedan, di bagian kata pengantar buku ini.
Munif
sendiri memang pernah bekerjasama dengan sebuah yayasan yang dirintis
Anies Baswedan, Yayasan Indonesia Mengajar, dalam menggembleng dan
memberikan training kepada calon-calon Pengajar Muda (PM)
sebelum diterjunkan ke berbagai pelosok nusantara. Dari sini pula dua
inovator pendidikan ini percaya bahwa memberikan kontribusi, sekecil apa
pun, dalam dunia pendidikan di Tanah Air adalah hal yang sangat
penting. Slogan “Stop cursing darkness, let’s light more and more candles”
ingin menegaskan bahwa, kegelapan itu bukan untuk diumpat dan disumpah
serapahi, tapi dicarikan lilin penerangnya. Slogan ini pun menjadi ruh
mereka dalam menyusun batu bata dan pilar pendidikan di Tanah Air. Jadi,
dari pada mengeluhkan keadaan, lebih bijak kalau fokus mencari cara
mengatasinya. Ittuh..hehe
Di mana Sistem Pendidikan Terbaik Dunia? (1)
Tak ada salahnya kita mengintip sejenak model pendidikan di
Finlandia. Saya mencoba merangkum informasi yang diperoleh dari hasil
video conference dengan Dewan Guru di Finlandia pada Januari hingga Mei
2008.
16 Agustus 2014
Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia
Jalan Sehat Agustusan 2014 |
Tepat tanggal 16 Agustus 2014, satu hari menjelang hari kemerdekaan yang ke-69, sekolah mengadakan acara jalan sehat sebagai rangkaian akhir dari memperingati dan menyambut datangnya hari kemerdekaan RI. Pukul 09.00 pagi acara sudah usai diakhiri dengan pembagian hadiah utama undian kupon "Jalan Sehat Merdeka" 2014.
Usai melaksanakan kegiatan, tiba-tiba ada seorang siswa masuk ke ruangan saya dengan membawa seorang temannya, "Pak, ini yang Bapak panggil." Saya heran. Saya tidak merasa memanggilnya.