Beberapa tahun lalu, tepatnya sebelum pandemi, sebagai alumni sebuah pesantren di pelosok Jawa Timur penulis beberapa kali dimintai bantuan rekan-rekan yang masih berkhidmat dan mengabdi di sana untuk proses pengadaan sarana sumber belajar santri seperti buku, kitab-kitab klasik, dan sumber bacaan lain untuk para santri.
Jumlah santri tempat penulis nyantri memang tergolong besar
karena secara keseluruhan mencapai ribuan. Jadi, sekali pengadaan jumlahnya mencapai
ribuan eksemplar. Karena volume dan jumlah yang besar beberapa kali penulis
harus mencari layanan ekspedisi pengiriman yang bisa memfasilitasinya. Itupun dengan
pertimbangan efisiensi biaya.
Dan, voila! Layanan JNE Trucking menyediakan. Layanan pengiriman
barang jumbo tersebut memang memungkinkan dan dikhususkan untuk pengiriman barang
dengan volume dan jumlah besar yang tidak di-cover oleh pengiriman
reguler, karena akan membengkak di biaya pengiriman.
Dari aktivitas tersebut penulis terpikir gagasan terbalik dalam
mengikuti #jnecontentcompetition2023 kali ini. Maksudnya, jika selama ini
pesantren tersebut menggunakan ekspedisi sebagai perantara mengantar kebutuhan
logistik ke dalam pesantren, kenapa tidak pesantren yang menjadi mitra kerjasama
dengan logistik untuk mengantarkan produk-produk yang dihasilkan di dalam
pesantren untuk kemudian dikirim kepada konsumen.
Berangkat dari gagasan sederhana tersebut penulis kemudian mengorek
kemungkinan-kemungkinan, potensi maupun peluang ke depan dan apa saja yang bisa
dimainkan. Ternyata, pemerintah daerah sudah menggalakkan program yang mendorong
pesantren untuk ikut terlibat dalam ekonomi nasional lewat OPOP (One Pesantren
One Product).
Di Jawa Barat pernah dihelat sebuah ajang pameran produk pesantren
bertajuk “Temu Bisnis dan Pameran OPOP 2022”. Nilai transaksinya pun terbilang
raksasa: Rp 42, 1 miliar! Produk made in pesantren di Jawa Barat
tersebut juga laris manis di ajang balapan kuda besi MotoGP, sirkuit Mandalika,
NTB.
Di Jawa Timur juga tidak ketinggalan. Program OPOP bahkan telah
menelurkan sebanyak 350 produk khas pesantren. Misalnya pesantren Qomaruddin,
Gresik, yang menghasilkan produk songkok, beras dan kue sorgum dari pesantren
Fathul Ulum, Jombang, dan tas batok kelapa yang dihasilkan pesantren Mambaul
Hisan, Blitar.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa lewat Dinas Koperasi dan UMKM
menyatakan akan terus mendorong satu pesantren satu produk agar mampu menjadi
pemain ekspor produk-produk buatan santri; dari yang selama ini masih menjadi
importir. Ya, Indonesia masih menjadi importir produk-produk halal terbesar
dunia.
Dari segi jumlah ternyata pesantren di Indonesia besar juga. Menurut
data Kementerian Agama mencapai 36 ribu pesantren, baik besar maupun kecil. Jumlah
itu tersebar di 34 provinsi. Belum lagi jumlah santri yang mencapai 3,4 juta.
Jumlah tersebut akan bertambah besar bila ditambah wali santri dimana sebagian
diantaranya memiliki usaha di level UMKM. Kalau begitu bukankah pesantren
adalah pangsa pasar segmented dan seksi?
Di era ekonomi abad digital sektor logistik tidak bisa dipungkiri
adalah tulang punggung bagi perpindahan barang. Pertukaran informasi yang
terjadi begitu cepat akan lumpuh ketika tidak ditunjang oleh sistem
perlogistikan yang mumpuni. Sektor logistik juga terbukti terus tumbuh justru
di masa pandemi dan pasca pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut
pertumbuhan sektor ini konsisten terjadi berurutan sejak kuartal I (15,79)
kuartal II (21, 27) dan kuartal III (25, 82) di tahun 2022.
Peluangnya pun masih sangat cerah ke depan. Asosiasi Logistik
Indonesia (ALI) memprediksi peluang pertumbuhan tersebut berkisar 5-8 persen di
tahun 2023. Pertumbuhan tersebut diprediksi karena peluang yang belum sepenuhnya
tergarap seperti ekonomi digital dan sektor UMKM.
One million dollar question-nya adalah
apa yang bisa disinergikan antara JNE dengan pesantren sehingga tercipta
#ConnectingHappiness? Dengan pengalaman #JNE32Tahun di sektor logistik
terkemuka tentu bukan hal baru bagi JNE dalam menangani arus logistik pelosok.
Apalagi didukung dengan delapan ribu jaringan di seluruh tanah air.
Maka, untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis melihat terdapat
tiga sektor berikut. Ketiganya diambil berdasarkan pola persebaran pesantren
yang cenderung berada di pedesaan atau wilayah pelosok. Di mana secara
geografis produk yang dihasilkan adalah produk turunan dari sektor
pertanian/perkebunan, perikanan, dan peternakan.
Pertanian/perkebunan
Sektor
ini dihasilkan oleh pesantren yang secara geografis berada di pedesaan dengan
demografi profesi masyarakatnya adalah petani. Bentuk produk yang
dihasilkan berupa produk hasil olahan
maupun bahan mentah, seperti rempah-rempah, sayur-mayur, buah-buahan,
biji-bijian dan umbi-umbian. Produk hasil olahan berupa makanan siap santap
dalam kemasan, seperti keripik, kacang bawang, dan olahan buah.
Peternakan
Produk
dari sektor peternakan cenderung pada makanan atau minuman siap saji. Hasil
olahan dari ternak kambing etawa, misalnya, adalah susu kambing yang dikemas
dalam botol-botol berbagai ukuran. Selain itu, ada pula produk abon ayam
kampung yang dihasilkan sebuah pesantren di Pangkep, Sulsel. Pesantren tersebut
memanfaatkan peternakan yang memang dimiliki pondok sebagai unit usaha.
Perikanan
Produk
sektor perikanan dihasilkan oleh pesantren yang relatif dekat dengan laut. Meskipun
demikian, tidak menutup kemungkinan pesantren yang tidak berdekatan dengan
sentra ikan atau pesisir memiliki tambak sebagai unit usaha. Seperti yang
dihasilkan sebuah pesantren di Lamongan, Jawa Timur, yang mengolah kerupuk
lobster sebagai produk UMKM.
Ketiga
sektor di atas hanyalah sebagian diantara sekian banyak produk-produk buatan
para santri yang memiliki nilai keekonomian sangat besar. Dunia usaha dan
pemerintah juga saling bergandengan tangan dalam upaya recovery
perekonomian nasional pasca pandemi. Program OPOP adalah sebagian dari sekian
banyak ikhtiar itu. Tentu saja hal itu akan bergerak maju apabila ditopang oleh
ekosistem logistik #JNEBangkitBersama yang terbangun berdasarkan semangat simbiosis
mutualisme yang berkesinambungan. Pilihannya kemudian adalah bangkit
atau terbujur sakit. Sekian.